Jumat, 30 Juli 2010

Globaliasi: Resensi Film "The New Rules of The World"




Film ini “The New Rules of The World” telah membuka mata kita untuk melihat dunia yang sebenarnya, tanpa kita sadari ini nyata dan ada dihadapan kita. Sebuah penjajahan dengan cara halus dan elagan yang kita tidak sadari secara langsung bahwa sekali lagi bangsa kita “Indonesia” kembali terjajah, terjajah secara ekonomi dan sosial. Semua ini berawal dari mimpi dan ide-ide dari pemikiran kaum liberal yaitu mengenai globalisasi dan pasar bebas, 2 hal yang selalu berkaitan, 2 hal yang selalu didengung-dengungkan oleh negara-negara barat.


Globalisasi ialah era dimana bentuk-bentuk dari barang dan jasa dapat melintasi tanpa adanya batasan-batasan dan halangan. Salah satu dari fenomena yang diakibatkan oleh globalisasi ialah semakin banyak dan berkembangnya apa yang dinamakan dengan Multinational Cooperation/MNC. Sebuah perusahan yang luar biasa besar dan mempunyai banyak jaringan dihampir semua negara yang ada dimuka bumi ini, namun hanya memiliki 1 tempat yang dijadikan sebagai pusatnya yaitu negara-negara core/maju/kaya dan negara-negara yang dijadikan sebagai tempat produksi ialah sebagian besar negara-negara berkembang. Atau disebut sebagai negara periphery Dinegara-negara periphery upah buruh sangatlah murah dan rendah sehingga perusahaan-perusahaan dengan sengaja memilih negara tersebut untuk menjadi negara produksi dengan tujuan untuk mecari keuntungan yang besar dengan memanfaatkan upah buruh yang rendah, seperti yang terjadi di Indonesia.

Dari film ini kita melihat bahwa perusahan-perusahaan multinasional yang notabenya memproduksi barang-barang dengan merk brand terkenal seperti GAP, Nike dan masih banyak lagi ternyata sebagian besar produksinya berasal dari Indonesia dan dipasarkan baik itu keluar negeri dengan harga yang luar biasa mahal. Tapi dari film tersebut kita melihat harga barang yang mahal tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh para pegawainya (buruh). Mereka (buruh) bekerja lebih dari 12 jam dan rata-rata bekerja 16 jam dengan hanya waktu istirahat yang sangat minim. Dan upah yang didapatkan tidak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan, mereka hanya dibayar kurang dari 1 dollar sehari. Dan dalam film tersebut menggambarkan hanya sebagain kecil dari potret kehidupan yang dialami kaum buruh. Terjadi ketidakadilan, perusahaan memperkerjakan mereka dengan seenaknya tanpa adanya perlindungan, kode etik yang seharusnya diketahui oleh para pegawai tidak diberitahukan. Dan kitapun melihat bahwa pemerintah tidak memainkan peranannya dalam melindungi buruh-buruh tersebut. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut dapat bergerak bebas dengan mendapatkan keuntungan yang luar biasa banyak dengan menerapkan upah buruh yang rendah.

Apakah ini yang disebut bahwa globalisasi menjadi masa depan manusia, globalisasi dapat menyatukan semua ras yang ada dan memberi mereka kesejateraan dan kekayaan yang rata. Justru yang ada hanyalah yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin, tapi itulah yang sebenarnya terjadi dan kita tidak dapat memungkirinya.

Tidak hanya melalui perusahaan-perusahaan multinasional yang membuat kondisi Indonesia kembali terjajah namun melalui lembaga-lembaga keuangan seperti IMF dan World Bank jugalah kondisi ini semakin diperparah. Indonesia menjadi negara penghutang dikedua lembaga keuangan dunia tersebutn. World Bank dan IMF dalam memberikan bantuannya berdalih bahwa semua itu dilakukan untuk membantu masyarakat miskin dengan pembangunan global. Namun secara tidak sadar bahwa kaum miskin semakin miskin karena hak-hak meraka (upah) dikurangi untuk membayar hutang ataupun bunga yang dilakukan oleh negara kepada lembaga keuangan tersebut.

Kita melihat dari fakta-fakta yang disodori oleh film ini bahwa globalisasi telah membuat negara miskin semakin miskin karena menimbulkan hutang dan hutang tersebut membuat terjadinya kesengsaraan, pengagguran dan banyak dari BUMN akhirnya di swastanisasi/privatisasi. Dan ujung-ujungnya rakyat harus membayar mahal untuk kesehatan dan pendidikan karena uang negara dilarikan untuk membayar hutang dan itulah konsekuensi yang diterima oleh rakyat kecil.

Kalau sudah begini maka mimpi-mimpi dari kaum liberal/kapitalis yang menyatakan melalui globalisasi dengan sarana pasar bebas akan membuat pemerataan kesejateraan dan memberikan kemakmuran hanya akan menjadi mimpi-mimpi belaka yang tidak menjadi kenyataan. Globalisasi telah menimbulkan fenomena neo-kolonisasi dengan cara-cara yang lebih halus dan terjadi dinegara-negara berkembang/miskin. Negara yang mempunyai sumber bahan yang banyak malah menjadi negara penghutang dan miskin.
Globalisasi ekonomi yang seperti sekarang ini terjadi menciptakan apa yang disebut dengan dependensia, dimana negara-negara periphery tergantung pada pinjaman dan bantuan-bantuan dari negara core ataupun lembaga keuangan. Namun disisi lain globalisasi juga tidak dapat dipungkiri membawa perubahan yang positif seperti misalnya tanpa adanya globalisasi kita akan hidup dengan kehidupan yang pas-pas’an, kita tidak akan dapat menikmati kecanggihan teknologi yang semakin berkembang yang dihasilkan oleh negara-negara maju, kita tidak akan dapat mengetahui apa yang terjadi diluar sana. Melalui fenomena globalisasi lah kita dapat merasakan dan mengetahui semua itu. Globalisasi juga telah membantu kita untuk dapat lebih menikmati hidup ini.

Globalisasi telah ada didepan mata kita, siap tidak siap kita telah terjun didalamnya. Dibutuhkanlah daya filter yang kuat untuk tidak dapat menerima semua pengaruh yang dihasilkan dari fenomena tersebut. Kita hanya dapat berbuat memilah-milah mana dari pengaruh globalisasi tersebut yang cocok/sesuai dengan kondisi kita/negara sekarang dan dapat diterapkan bukan malah mengambil semua pengaruh itu tanpa adanya proses penyaringan. Kita telah belajar bahwa apapun itu bentuk dari kolonisasi telah membuat bangsa ini semakin sengsara baik itu seperti yang sekarang ini terjadi sebuah penjajahan oleh negara-negara kaya/maju secara halus melalui sektor ekonomi yang sekali lagi membuat bangsa ini terpuruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar